Sabtu, 20 November 2010

R.Surya Atmojo atau Adipati Karno

ADIPATI KARNO

Cerita berawal dari Dewi Kunti mencoba untuk menggunakan ajian pameling saat mandi di sendang,aji pameling yang digunakan itu adalah ajian yang bisa mendatangkan para dewata.Saat itulah Batara Surya terusik dan bergetar hatinya  ketika melihat pemandangan yang begitu indah di sendang tempat Dewi Kunti mandi,hati bergetar tak tahan menahan rasa birahi tak sengaja keluarlah air suci yang melesat dan jatuh di tengah sendang tepat Dewi Kunti sedang mandi .Air suci (kama) tak sengaja terminum oleh Dewi Kunti terasa segar seakan - akan ia tidak mau meninggalkan sendang. Senja telah tiba tak terasa Dewi Kunti mandi di sendang sudah setengah hari, bersama biyung emban danyang kesetiaannya pulang menuju negara Mandura. Waktupun berjalan tak terasa hari berganti,minggu berganti,bulan berganti bulan..tanpa disadari oleh Dewi Kunti terjadi perubahan bentuk pada tubuhnya khususnya diperut "Dewi Kunti Hamil" ha?kabar itu meluas di dalam kerajaan sampailah hal itu ke telingan Prabu Kuntibojo.Bagaikan disambar petir,merah padam menahan amarah Prabu Kuntibojo memanggil putrinya " anakku Kunti,jangan memperlakukan aku ramamu,jangan menjadi putri yang hina,jangan membuat aib di kerajaan Mandura" Prabu Kuntibojo dengan geram memarahi Dewi Kunti " maafkan hamba rama prabu,hamba tidak tahu mengapa diri hamba menjadi begini"biyung emban merasa kasihan melihat dewi Kunti yang bersedih selalu dimarahi Prabu Kuntibojo " maaf Gusti Prabu,hamba emban ingin menghaturkan sesuatu gusti prabu"sambil menahan nafas rasa ketakutan "emban,mau apa?membela gustimu..coba apa yang kau ketahui ceritakan!" Prabu Kuntibojo tak sabar ingin tahu cerita biyung emban " maaf gusti,saat hamba mengantar Gusti Dewi mandi di sendang Tirta Wening tempat biasa Gusti Kunti mandi tidak biasanya setengah hari saja Dewi Kunti ingin cepat2 pulang tapi saat itu sudah setengah hari Gusti Dewi hamba ajak pulang tidak mau,Gusti" Prabu Kuntibojo tak sabar menunggu kelanjutan cerita Biyung Emban "lalu bagaimana,cepat katakan!"bentak prabu Kuntibojo."Ampun Gusti..sang Dewi setiap hamba ajak pulang selalu menolak.."Prabu Kuntibojo menghela napas panjang"baik..baiklah Kunti..aku harus gugat ke kahyangan dan minta pertanggungjawaban kakang Guru siapa yang membuat putriku mengandung"

Di Kahyangan Jongringsaloko,Batara Guru mengadakan pertemuan dengan para dewa suroloyo.." Adi Guru..sepertinya kita harus berhati2 karena ada titah ngarjopodo yang sedang marah besar terhadap dewa,Adi Guru" Narada melaporkan keadaan Jonggringsaloko..ketika itu memang ada kekacauan di Jonggringsaloko,Prabu Kuntibojo takterima dengan perubahan keadaan putrinya akhirnya mengamuk di Kahyangan..karena setiap dewa yang ditanya mereka menjawab tidak tahu.." ada apa Kakang Narada,siapa yang berani membuat kerusuhan di Jonggringsaloko,kakang?" Batara Guru bertanya-tanya "baik adi Guru ..yang mengamuk tidak lain adalah Prabu Kuntibojo yang meminta tanggungjawab dewa..sebab putrinya sedang mengandung padahal belum mempunyai suami, Adi Guru " Batara Guru sambil menghela napas " lalu ulah siapa Kakang Narada ? "  tersenyum sang Narada " Adi Guru,baiklah saya akan mengatasi masalah ini,Surya " terkejutlah Batara Surya " kamu harus tanggungjwab dengan masalah ini Batara Surya,akui saja kalau bayi yang dikandung Dewi Kunti karena titisan kamu, Batara Surya" sambil sungkem dihadapan Batara Guru,terbata-bata Batara Surya mengakui apa yang telah terjadi di jonggringsaloko karena perbuatannya.

Akhir cerita Batara Wisnu menyabda bahwa Dewi Kunti akan melahirkan anak dari telinga,lahirlah bayi laki - laki dan diberi nama Raden Basukarno..yang artinya anak lahir melalui telinga...atau Suryaatmaja artinya putra sang batara Surya.

Riwayat Singkat
Nama                             : R.Karno, Basukarno,Surya Atmaja
Istri                                : Dewi Surtikanti ( Putri Prabu Salya Raja Mandaraka)
Kerajaan                        : Ngawangga
Senjata                          : Panah Kunto Wijaya Dhanu
                                       Keris Kyai Jalak








Jumat, 12 November 2010

KAYON DAN PANDAWA

GUNUNGAN / KAYON
Untuk memulai pementasan wayang kulit biasanya diawali dengan memainkan gunungan.Gunungan sering disebut juga kayon. Fungsi dari gunungan atau kayon selain untuk membuka pementasan juga untuk mengambarkan perubahan latar (tempat) yang diceritakan).


                                                                                
PANDAWA LIMA

Raden Puntodewo














Raden Wrekudara













Raden Arjuna













Raden Nakula & Raden Sadewa