Jumat, 28 Januari 2011

Pentas Wayang Lakon " Petruk Ngadek Ratu "

PENTAS WAYANG KULIT SEMALAM SUNTUK
LAKON PETRUK NGADEK RATU
DALANG KI KUSNI KESDIK
TGL 15 JANUARI 2011
DI JELOK,WATUGAJAH,GEDANGSARI,GUNUNGKIDUL 
DILIPUT OLEH RARACOM STUDIO


 Ki Kusni Kesdik Dalang Dari Puluh Watu,Klaten

I. Pasowanan Di Negara Astina
         Cerita dimulai di Negara Hastina,Prabu Duryudana sedang mengadakan pasowanan  dihadiri oleh Prabu Baladewo, Adipati Suryo Atmojo, Pandito Durno,dan Patih Sengkuni. Prabu Duryudana merasa sedih karena di alun - alun negara Hastina telah berdiri tegak Sang Putut Bayuwara utusan Prabu Tong Tongsot atau Prabu Bel Keduwel Beh untuk mempersunting prameswari negara Hastina Dewi Banowati.
"Kanda Prabu Baladewa,heeeem rasanya ada saja cobaan yang harus saya terima,Kanda Prabu" Prabu Duryudana membuka keheningan pasowakan,Sang Kakrasana terkejut campur heran dan bertanya " Ada apa Dimas,mengapa dimas begitu bersedih,apakah ada sesuatu yang Dimas Pikirkan?" "Ya Kanda Prabu..ada yang mengganggu pikiran saya,kanda prabu pasti sudah melihat di alun - alun Astina tadi ada kera putih duta Prabu Tong Tongsot dari negeri Loji Tengoro".


" Ya Dimas Prabu,saya tadi melihat kera putih di alun- alun Astina,ada apa dengan kera putih itu Dimas?" 
Belum sampai meneruskan pembicaraan bunyi terompet pertanda ada tamu yang masuk ke setingil pasowanan datanglah sang Putut Bayu Wara “ Sembah hamba Prabu Duryudana” Putut Bayu Wara memberikan salam.
 “ Baik-baik aku terima sembahmu,heh kera putih coba katakan lagi apa maksud kedatangan kamu di negara astina ini “
“ Hamba datang ke negeri astina ini sebagai duta Prabu Tong Tongsot untuk menghaturkan keingginan sang prabu yang hendak mempersunting prameswari negeri Astina yaitu dewi Banowati,jika Sang Prabu Duryudana berkenan dan meminta syarat harta benda emas dan apapun yang diminta akan dikabulkan oleh Prabu Tontongsot,tapi jika menolak hamba diberi kuasa untuk menaklukan negeri ini “
“ Apa ?” Prabu Baladewa yang dengan seksama mendengarkan pejelasan Putut Bayuwara terkejut dengan menahan amarah “ He..monyet  jelek  dengarkan baik- baik Dewi Banowati itu adalah prameswari  negeri Astina..dan kamu harus tahu kalau masih ada prabu Baladewa tidak akan pernah Prabu Belkeduwelbeh mempersunting Dewi Banowati..pergi dari pisowanan ini!”
“ Prabu Baladewa,saya ke sini mengahadap Prabu Duryudana bukan menghadap Gusti Prabu Baladewa..kalau memang Prabu Baladewa tidak berkenan, Putut Bayuwara diberi kekuasaan menuntaskan masalah ini”
“ oooo begitu baik,heh..Bayuwara kalau kau memang diberi kuasa menuntaskan masalah ini,aku membuat sayembara kalau kamu mampu mengalahkan aku..akan kuberikan Dewi Banowati”
“ Baik...hamba tunggu di alun – alun “ Putut Bayuwara berlalu dari pasowanan menuju ke alun – alun astina.
“ Mohon maaf Dimas,atas kelancangan saya mengambil keputusan”
“ Tidak apa – apa Kanda Prabu Baladewa ,justru saya mengucapkan terimakasih ,saya percaya kepada Kanda Prabu bisa mengatasi Putut Bayuwara”
“ Baiklah,saya mohon diri menuju alun – alun..Dimas Prabu”
“ Berhati-hatilah Kanda Prabu semoga unggul dalam peperangan nanti “
Prabu Baladewa melangkahkan kaki dengan tegap menunju alun – alun,Prabu Duryudana di setinggil merasa was-was dengan kejadian ini “ Paman Patih Sengkuni,saya merasa kwatir maka paman..siapkan para kurawa untuk membantu Kanda Prabu Baladewa,sekaligus bubarkan pasowanan ini Paman!”
“ Hamba Nakmas Prabu,akan saya siapkan para kurawa..hamba mohon diri”
Pasowakan di negara Astina telalah selesai ditandai teropet yang berbunyi panjang diserati suara meriam 3 kali..Sang Prabu Duryudana menuju ke taman kadilenggeng menghapiri Dewi Banowati.

2. Prabu Baladewa Takluk

Di alun – alun Negara Astina dengan gagah Sang Putut Bayuwara menunggu kedatangan Prabu Baladewa. Terlihat dari kejauhan barisan prajurit para Kurawa menuju alun – alun....
“ Ternyata para Kurawa mau mencari mati,yah ku obrak abrik saja barisan para Kurawa” Sang Putut Bayuwara dengan sigap siaga menyambut kedatangan prajurit Astina. Pertama dia berhadapan dengan Raden Aswatama putra Pandita Durna,baru beberapa gebrakan sang Aswatama tidak mampu melawan Putut Bayuwara. Raden Kartamarma datang membantu dengan sigap Putut Bayuwara menangkis serangan – serangan dari Raden Kartamarma. Tak begitu lama tumban juga Raden Kartamarma, melihat kekalahan para kurawa majulah Raden Jayajatra melepaskan ribuan panah yang bertubi – tubi menghujani tubuh Putut Bayuwara,karena kegesitannya sang Putut Bayuwara mampu menghidar,menangkis semua panah yang dilepaskan Raden Jayajatra. Sang Putut Bayuwara semakin mendekat posisi Raden Jayajatra..tak disia-siakan kesempatan yang dipukullah sang Jayajatra..tumbang dan melarikan diri dari peperangan.
                

              Melihat kekalahan keponakan – keponakannya Patih Sengkuni menghadap Prabu Baladewa “ Ampun – ampun ya toblas..kurawa kalau disuruh perang semua tidak bisa pecus musuh monyet jelek saja semua kalah”
“ Siapa yang tidak pecus perang Paman Patih?”
“ Para Kurawa Nak Mas Prabu,heheheeh mereka semua tidak bisa mengalahkan Putut Bayuwara,pokoknya kalau bukan nak mas prabu sendiri yang maju tidak selesai masalah ini”
“ Kurang ajar..Putut Bayuwara bisa mengalahkan para kurawa..baik mundur paman, aku sendiri yang atasi..he..Putut Bayuwara...maju ku nenggala mati kamu!”


Peperangan antara Prabu Baladewa dengan Putut Bayuwara sangat dasyat di alun – alun negara Astina, berbagai aji kesatian semua dikeluarkan.. Prabu Baladewa terkejut saat pukulan Putut Bayuwara mendarat di dadanya.



 .”kurang ajar..heh Putut Bayuwara rasakan sejata neggala hancur badamu..!”
 melihat situasi yang gawat mengacam nyawanya Putut Bayuwara lari menuju pakuwon (Tempat Peristirahatan sementara)  sang Prabu Tontongsot


 “ maafkan hamba Gusti Prabu..hamba tidak mampu menghadapi Prabu Baladewa”
 “ Putut Bayuwara  malu-maluin gue aja..kenapa lari,takut dengan Prabu Bol dowo yo..eh   Baladewo iyo”
“ Ampun Gusti Prabu,Prabu Baladewo membawa senjata yang sangat ampuh...saya tidak berani mengahadapinya”
“ya sudah..aku sendiri yang mengahadapi raja Mandura ini,mundurlah jaga pakuwon,OK”

Begitu santainya Prabu Belkeduwel Beh ke gelanggang pertempuran..langsung berhadapan dengan Prabu Baladewo..saat itu Prabu Baladewo belari mengejar Putut Bayuwara...sedangkan para Kurawa dibelakangnya sambil berjaga – jaga.

“ Siapa ini..?orang gila maju perang” bentak Prabu Baladewo saat bertemu dengan Prabu Tongtongsot..
“ Belum tahu dia..heheheheeh, kenalkan aku Prabu Tongtongsot dari Raja Negera Loji Tengoro,Prabu Baladewo”
“ Heh  sudah tahu namaku “ tampak heran
“ Tahu aja..sejata yang kau bawa itu nenggala pemberian Batara Brahma ya Kan?
“ Kok Tahu..” Prabu Baladewo nampak terheran - heranan karena ia merasa tidak banyak yang tahu asal – unsul senjatanya. Mengapa ada seorang rajan yang tahu rahasianya.
“ he Prabu Baladewa..ketahuilah kalau senjata sakti itu hanya dapat digunakan saat tertentu..yang pertama nenggala digunakan untuk membunuh Kangsadewa, kedua neggala digunakan untuk membunuh Prabu Gurowongso,dan yang ketiga digunakan besuk kalau berahkirnya perang baratayuda”
“ Prabu Tongtongsot,tidak perlu banyak bicara,kalau kamu mampu menerima senjata Nanggala,Prabu Baladewa lebih baik menyerah takluk pada  prabu Tongtongsot."
“Baik...janjimu bisa dipercaya... mana nenggalamu, ini dadaku ”


Prabu Tongtongsot dengan berani menerima hantaman senjata nenggala yang diayunkan bertubi - tubi ke tubuhnya,merasa senjata neggalanya tidak mempan Prabu Baladewa lari meningglkan peperangan,berlari  dan berlari tetapi tetap tidak bisa jauh dari arena peperangan. Akhirnya Prabu Baladewa mengaku kalah dan takluk pada Prabu Tongtongsot. Mengetahui Prabu Baladewa takluk, para Kurawa lari tungganglanggan meninggalkan arena peperangan menyelamatkan diri,lalu para tokoh Astina meminta bantuan ke Amarta.


Lanjutnya....tunggu di Petruk Ngadek Ratu Part II